BMI – Untuk menampung permasalahan serta mencari solusi sebagai wujud kepedulian Banteng Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Buleleng terhadap pertanian.
Maka acara fokus grup diskusi (FGD) bersama komunitas Subak Se-Kabupaten Buleleng dilaksankan pada Minggu (31/6/2022) bertempat di Desa Tukad Mungga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Acara yang mengambil tema BMI Peduli Untuk Mewujudkan Buleleng Mandiri Pangan Yang Berkelanjutan itu menghadirkan beberapa narasumber seperti Ketua BMI Buleleng Dr.dr Ketut Putra Sedana, S.p.,OG., Ketua HKTI Bali Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.MMA, Praktisi Pertanian Nengah Suparna, dan Anggota Fraksi PDI-Perjuangan DPRD Kabupaten Buleleng Dewa Gede Sugiharto.
dr Ketut Putra Sedana mengatakan diskusi yang dilakukan bersama komunitas Subak Se-Kabupaten Buleleng itu digagas langsung BMI Buleleng sebagai wujud kepedulian kepedulian dengan kesejahteraan para petani khususnya di Kabupaten Buleleng.
Menurut pria yang lebih akrab disapa dr Caput itu menilai jika para petani merupakan kelompok yang sangat mulai, sebab apabila tidak ada petani kebutuhan pangan setiap hari masyarakat tidak akan bisa terpenuhi dengan baik.
“Saya yakin dengan kita bertemu langsung dengan para petani maka bisa merangkum apa yang menjadi permasalahannya, lalu kita temukan solusinya dan segala rakuman ini nanti sebagai wujud aspirasi dari petani Buleleng yang akan dibawa ke legislatif sebagai bahan untuk dikaji. Sehingga akan muncul kebijakan sesuai permasalahan yang ada serta kebutuhan daripada para petani,” ungkapnya.
Disisi lain, Ketua HKTI Bali Gede Sedana menyebutkan bahwa solusi untuk membuat mensejahterakan petani adalah bagaimana kita melihat permasalahan-permasalahan petani dari hulu hingga hilir.
Seperti misalnya jika di hulu harus disediakan alat pertanian serta pendukung lainnya maka sudah bisa dilakukan melalui bansos-bansos.
Akan tetapi menurut Sedana solusinya tidak bisa sampai disitu saja. Sebab setelah dihulu bisa terpenuhi maka proses selanjutnya ada di proses produksi.
Tahapan itu harus didukung dengan adanya teknologi yang digunakan agar produktivitas lahan dan tanaman bisa meningkat. Lalu proses terakhir atau di hilir adalah hal-hal yang sangat sering menjadi keluhan petani yakni persoalan harga.
“Saat bicara hilir maka letaknya di keluhan petani yakni pada saat produksi mereka tinggi harga justru turun. Nah disinilah peran pemerintah sangat penting misalnya harus memproteksi harga produk-produk yang memang itu menjadi sumber pokok dan mempengaruhi masyarakat banyak,” tegasnya.
Menyikapi itu, Dewa Gede Sugiharto selaku wakil rakyat mengaku sangat mendukung sekali kegiatan-kegiatan khususnya di bidang pertanian.
Sebab dengan adanya kegiatan seperti ini bisa mengetahui sejak dini apa yang menjadi permasalahan di masing-masing subak dan sebisa mungkin melakukan antisipasi awal.
“Saya sangat mendukung sekali, apalagi kita juga punya DPR-RI Drs I Made Urip M.Si yang sangat getol sekali untuk para petani kita yang ada di Bali, bahkan hampir semua sudah tersentuh dalam hal bantuan pertanian baik Desa, Kecamatan, bahkan Kabupaten/Kota yang ada di Bali,” terangnya.
Disinggung soal solusi masalah pertanian di hilir, anggota DPRD sekaligus Wakil Ketua BMI Buleleng ini mengatakan jika hal itu masih menjadi pekerjaan rumah yang harus benar-benar dikerjakan bersama-sama khusus di pemasaran hasil produksi petani.
Kendati demikian pihaknya tetap berharap eksekutif melalui perusahaan daerah yang ada bisa menangani permasalahan pasca produksi. Sehingga semua hasil produksi petani bisa terserap maksimal dan petani menjadi lebih sejahtera.
“Kita turun bertemu dengan petani atau kelompok subak kita selalu menggandeng instansi bersangkutan seperti Dinas Pertanian, Dinas Koperasi, dan Dinas Ketahanan Pangan, dan Perikanan. Itu semua bertujuan agar bagaimana hasil pertanian bisa terserap maksimal,” pungkas Sugiharto.